EKOSISTEM ALAMI DAN BUATAN
Dosen
Pengampu : Wawan Suprianto Nadra, M.Pd
Oleh
Nama : Dewi Siti Asranting
Kelas : A/III
NPM
: 0330 1511 011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KHAIRUN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya kepada kami sehingga tugas ini
dapat kami selesaikan dengan baik. Salawat serta salam tak lupa pula kita
haturkan kepada junjungan kita Muhammad Saw. Atas perjuangan beliau sehingga
pada hari ini kita bisa menghirup udara bebas dengan segar.
Makalah mengenai “ Keanekaragaman
Hayati Buatan dan Alami” Dalam penyelesain makalah
ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya waktu
dan spesifiknya informasi yang kami dapatkan karena hanya mengandalkan beberapa referensi namun adapun referensi
yang digunakan adalah melalui media atau internet.
Pada akhirnya penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena kesempatan itu,
saran dan kritikan dari teman-teman dan dosen pembimbing sangat dibutuhkan. Tak
lupa pula rasa berterima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing.
Ternate, 10 Oktober 2016
Dewi Siti Asranting
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PANDAHULUAN
A. Latar
Belakang ..............................................................................................
1
B. Rumusan
Masalah .........................................................................................
1
C. Tujuan
...........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Ekosistem
alami ...............................................................................................
5
B. Ekosistem
buatan .............................................................................................
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
......................................................................................................
23
B. Saran
................................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya
perubahan-perubahan pada populasi mendorong perubahan pada komunitas.
Perubahan-perubahan yang terjadi menyebabkan ekosistem berubah. Perubahan
ekosistem akan berakhir setelah terjadi keseimbangan ekosistem. Keadaan ini merupakan
klimaks dari ekosistem. Apabila pada kondisi seimbang datang gangguan dari
luar, kesimbangan ini dapat berubah, dan perubahan yang terjadi akan selalu
mendorong terbentuknya keseimbangan baru.
Rangkaian
perubahan mulai dari ekosistem tanaman perintis sampai mencapai ekosistem
klimaks disebut suksesi. Terjadinya suksesi dapat kita amati pada daerah yang
baru saja mengalami letusan gunung berapi. Ekosistem adalah suatu sistem
ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk
hidup dengan lingkungannya. Lingkungan hidup meliputi Komponen Biotik dan
Komponen Abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai
yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi
seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi
iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor
fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam),
tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Ekosistem
bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Di dalam ekosistem,
seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan
timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya
atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian
hidup di dalam suatu ekosistem.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian dari ekosistem alami?
2. Apa
pengertian dari ekosistem buatan?
C.
Tujuan
Masalah
1. Untuk
mengetahui pengertian ekosistem alami
2. Untuk
mengetahui pengertian ekosistem buatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ekosistem
Darat/Alami
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan
menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut.
1.
Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik)
yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan
curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C)
sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa
mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan
semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai
pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun
dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan
yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
Gambar 10.16. Bioma Gurun
2.
Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan
hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase
(aliran air) cepat. Dibagi menjadi 2 : Sabana dan Stepa
a.
Bioma Stepa (Padang Rumput)
Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis sampai dengan
daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika
Selatan, Australia. Ciri-ciri:
- Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
- Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
- Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Lingkungan biotik:
Flora: tumbuhan yang mampu
beradaptasi dengan daerah dengan porositas dan drainase kurang baik adalah
rumput, meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena
mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama padang
rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria,
prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
Fauna: bison dan kuda liar (mustang)
di Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan kanguru diAustralia.
Karnivora : singa, srigala, anjing liar, cheetah.
Gambar 10.17. Bioma Stepa
b.
Bioma Sabana
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan
pepohonan.
Gambar 10.18. Bioma Sabana
Berdasarkan jenis tumbuhan yang
menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana
campuran.
a. Sabana murni
: bila
pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis tumbuhan saja.
b. Sabana
campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis pohon.
2.
Bioma Hutan Tropis
Bioma hutan tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis
tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco,
Amerika Tengah, sebagian besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan
lembah Kongo di Afrika. Ciri-ciri:
a. Curah
hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225 cm/tahun
b. Matahari
bersinar sepanjang tahun
c. Dari bulan
satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil
d. Di bawah
kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan
suhu antara siang dan malam hari.
Flora: terdapat beratus-ratus spesies tumbuhan. pohon-pohon dapat mencapai
ketinggian 20 – 40 m, dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk
suatu tudung atau kanopi.tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit.
Liana adalah tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan, contoh: rotan. Epifit
adalah tumbuhan yang menempel pada batang-batang pohon, dan tidak merugikan
pohon tersebut, contoh: Anggrek, paku Sarang Burung.
Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan- hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan- hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.
Gambar 10.19. Bioma Hutan Tropis
3.
Bioma hutan gugur
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciri-cirinya adalah
curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat
musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan
tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung
pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Gambar 10.20. Bioma Hutan Gugur
4.
Bioma taiga
Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain
moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada
musim gugur.
Gambar 10.21. Bioma Taiga
5.
Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran
kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di
daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken,
tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya,
tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada
musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau
bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama
nyamuk dan lalat hitam.
Gambar 10.22. Bioma Tundra
1.
Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan
yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir
semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar
pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut :
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut :
a. Adaptasi
tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya
kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga
maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea
gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah
yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis
lingkungan atau isotonis.
b. Adaptasi
hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang
hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan
osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya
melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat.
Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan
hidup.
1.
Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof
(tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator,
parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa
organisme.
- Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut :
a.
Plankton; terdiri alas fitoplankton dan
zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak
aliran air.
b.
Nekton; hewan yang aktif berenang dalam
air, misalnya ikan.
c.
Neuston; organisme yang mengapung atau
berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya
serangga air.
d.
Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e.
Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di
dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau
bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir.
Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air
mengalir adalah sungai. Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan
luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.
Gambar 10.23. Berbagai Organisme Air
Tawar berdasarkan Cara Hidupnya
Di danau terdapat pembagian daerah
berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya
matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang
tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga
terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin
memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas
tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari
tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut:
a. Daerah
litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan
optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan
air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air. Komunitas
organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya
diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia
air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa
mamalia yang sering mencari makan di danau.
b. Daerah
limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim
panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk
Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan
oleh ikan- ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar,
kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.
c. Daerah
profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba
dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah
mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini
dihuni oleh cacing dan mikroba.
d. Daerah
bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan
sisa-sisa organisme mati.
Gambar 10.24. Empat Daerah Utama
Pada Danau Air Tawar
Danau juga dapat dikelompokkan
berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau
Oligotropik
Danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di
daerah limnetik tidak produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali,
dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen
sepanjang tahun.
b. Danau
Eutropik
Danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton
sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam
organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya
materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat
dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan
pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan
sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang
atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang
akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut “eutrofikasi”. Eutrofikasi
membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
Gambar 10.25. Danau yang mengalami Eutrofikasi
2.
Ekosistem Air Laut ( Ekosistem Bahari )
Merupakan bagian terluas (kira-kira 70 %) di muka bumi. Beberapa
karakteristik Ekosistem bahari antara lain, Salinitasnya tinggi
terutama di daerah tropika, semakin jauh dari khatulistiwa salinitas berkurang.
Salinitas di permukaan laut dan pada kedalaman yang berbeda bervariasi.
Memiliki kadar mineralnya tinggi, dengan ion clorida merupakan ion
yang terbanyak. Pengaruh faktor iklim dan cuaca kurang begitu nampak
dengan suhu permukan air laut di daerah tropic berkisar antara 25 oc
– 30 oc, makin ke arah kutub suhu menurun sampai 0 oc.
Adanya aliran air laut dipengaruhi oleh adanya angin dan perputaran bumi.
Organisme yang ada di dalamnya antara lain berbagai jenis
tumbuhan, ikan laut, dan berbagai organisme pengurai. Karena
tekanan osmosis di luar sel lebih kecil daripada tekanan osmosis di dalam
sel, ikan laut menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cara terus
menerus minum melalui mulutnya, dan sedikit mengeluarkan urine.
Pengeluaran air dilakukan secara osmosis, sedangkan garamnya diekskresikan
melalui insang. Jika aikan air laut memimiliki cara adaptasi yang
demikian, bagaimana cara adaptasi ikan air tawar ?
Berdasarkan jumlah cahaya yang dapat diterima, ekosistem bahari dapat
dibedakan menjadi dua yaitu daerah fotik dan afotik. Daerah fotik adalah
daerah yang cukup mendapat cahaya matahari, sedangkan daerah afotik
adalah daerah yang kurang atau tidak mendapatkan cahaya matahari. Kelompok
ekosistem bahari dapat dibedakan menjadi ekosistem laut dalam, ekosistem pantai
pasir dangkal (litoral) dan Ekosistem pasang surut.
a. Ekosistem
laut dalam
Bagian lautan terdalam mempunyai suatu lingkungan yang
khas dan diperlukan adaptasi yang luar biasa untuk memungkinkan
kehidupan disini. Keadaan di kedalaman ini dingin, gelap dan sunyi. Disini tidak
terdapat produsen. Makanan untuk organisme hidup berasal dari bahan organi yang
mengendap dari bagian atas, sehingga jumlahnya relative sedikit
sekli. Adaptasi yang memungkinkan kehidupan di bawah tekanan di kedalaman
mengakibatkan jika terjadi perpindahan ke lapisan atas maka
organisme ini tidak dapat hidup. Keanekaragaman dan jumlah
organisme biasanya kurang dengan bertambah dalamnya lautan. Dalam
kegelapan abadi sebagian besar hewan berwarna hitam atau merah tua
dan mempunyai mata yang sangat peka.
Gambar 10.26. Organisme penghuni
ekosistem laut dalam
Di kedalaman lautan kebanyakan
hewan dapat membuat cahaya dalam tubuhnya atau serung dinamakan Bioluminisens(
yunani: bios + lumon = cahaya). Apakah manfaat
bioluminisense bagi organisme ? Selain sebagai identitas organisme,
kemampuan ini juga menjadikan organisme laut dalam dapat memikat
mangsanya dan membantu organisme dalam menghindarkan diri dari
tanda bahaya. Beberapa contoh organisme penghuni ekosistem laut dalam
dapat dilihat pada gambar 10.26
b. Ekosistem
Pantai Pasir Dangkal
Ekosistem ini umumnya terdapat di pantai daerah pesisir yang terbuka dan
jauh dari pengaruh sungai besar, tetapi ada juga yang terletak di antara dua
dinding batu terjal. Komunitas di habitat ini biasanya didominasi oleh
beberapa jenis rumput laut dan beberapa macam alga seperti Enhalus acoroides,
Halodule tridentata (rumput laut), Sargassum, dan Gracillaria (alga
laut). Ekosistem pantai pasir dangkal terdiri dari ekosistem terumbu karang,
ekosistem pantai batu dan ekosistem pantai lumpur.
Gambar 10.27. Pantai Pasir ( Wildan
Yatin, 1986 : 12 )
1) Ekosistem
terumbu karang (coral reef)
Ekosistem ini merupakan hasil kegiatan dan interaksi antara berbagai
jenis organisme, di antaranya Colenterata, cacing laut, siput
laut, kerang, dan alga berkapur (Halimeda). Polip karang
merupakan organisme kecil pembentuk cangkang kapur. Cangkang ini terus
bertumpuk menjadi bentuk yang padat dan massif yang disebut terumbu karang.
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang produktif di bumi, dengan
produktivitas fotosintesis yang besarnya 3000 kali lipat dari produktivits
perairan di sekelilingnya.
Kekayaan terumbu karang bertumpu pada hubungan yang khusus antara
karang dan batuan. Dalam setiap polip terdapat puluhan ribu tumbuhan bersel
satu yang disebut zooxanthellae, yang menyediakan tambahan energi bagi
karang melalui proses fotosintsis. Tumbuhan ini juga mendaur ulang zat-zat
makanan. Karang menangkap zooplankton dan mangsa lainnya, kotoran yang
dikeluarkan karang digunakan oleh zooxanthellae. Terumbu karang terdapat
di perairan yang jernih yang merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan yang
bernilai ekonomi. Ekosistem jenis ini banyak dijumpai di pantai selatan Jawa,
Bali, pulau-pulau sebelah barat Sumatra, Nusa Tenggara, dan Maluku.
Gambar 10.28. Terumbu Karang di
Pulau Timor ( Sugiyanto, 1986 : 12 )
2) Ekosistem
Pantai Batu
Ekosistem jenis ini merupakan batuan cadas yang berasal dari proses konglomerasi
(berkumpul dan menyatu) batu-batu kecil dengan tanah liat dan kapur atau
terbentuk dari bongkah-bongkahan batu granit yang besar-besar. Ekosistem
semacam ini terdapat di daerah pesisir yang berbukit dan berdinding batu di
pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, Nusa Tenggara, Bali dan sekitar
Maluku. Di dalam ekosistem ini banyak terdapat alga Echeuma spinosum,
Gelidium,dan juga Sargassum.
Gambar 10.29. Pantai Batu Suwanggi,
Wakasihu
3) Ekosistem
Pantai Lumpur
Terdapat di sekitar muara sungai. Pantai semacam ini banyak dijumpai
di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya. Di dalam ekosistem ini
berkembang komunitas pionir Avicenia (api-api), Sonneratia
(bakau), dan rumput laut Enhalus acorides. Hewannya yang paling banyak
ialah ikan gelodok. Tipe ekosistem muara sungai disebut juga ekosistem
estuarlina. Gambar 10.30. Pantai Lumpur / Hutan Mangrove di Teluk Jakart
( Sugiyanto, 1986 : 122 )
c. Ekosistem
Pasang Surut ( Ekosistem pantai )
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan
daerah pasang surut, dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut.
Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat di substrat keras. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat
pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska,
dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah
ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput
herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan
kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut. Komunitas tumbuhan
berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut
:
1.
Formasi pes caprae karena yang paling banyak tumbuh di
gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap
hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan
lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto,
dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung),
Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
- Formasi baringtonia didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar
napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.
Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai
penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau
antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang
surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
B.
Ekosistem
Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang terbentuk
bukan hanya karena kerja alam semata karena dipengaruhi oleh campur tangan
manusia. Ekosistem ini memiliki ciri khas berupa keragaman mahluk hidup dan
ekologisnya yang cenderung lebih rendah. Berikut ini adalah beberapa contoh
ekosistem buatan tersebut:
1.
Ekosistem Sawah
Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik
berpermukaan rata, dibatasi oleh
pematang, serta dapat
ditanami padi, palawija
atau tanaman budidaya lainnya.
Kebanyakan sawah digunakan
untuk bercocok tanam padi. Untuk
keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena
padi memerlukan penggenangan
pada periode tertentu
dalam pertumbuhannya. Untuk mengairi
sawah digunakan sistem
irigasi dari mata air, sungai
atau air hujan. Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara
yang lainnya adalah
sawah irigasi. Padi yang
ditanam di sawah dikenal sebagai
padi lahan basah (lowland rice).
Padi
adalah salah satu
tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya,
padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang
sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi
dunia menempati urutan
ketiga dari semua
serealia, setelah jagung dan
gandum. Namun demikian,
padi merupakan sumber karbohidrat utama
bagi mayoritas penduduk
dunia. Hasil dari
pengolahan padi dinamakan beras.
Teknik budidaya
padi telah dikenal
oleh manusia sejak ribuan
tahun yang lalu. Sejumlah sistem budidaya diterapkan untuk padi :
a. Budidaya
padi sawah (Ing. paddy atau paddy field), diduga dimulai dari daerah lembah
Sungai Yangtse di Tiongkok.
b. Budidaya padi
lahan kering, dikenal
manusia lebih dahulu daripada budidaya padi sawah.
c. Budidaya
padi lahan rawa, dilakukan di beberapa tempat di Pulau Kalimantan.
d. Budidaya gogo
rancah atau disingkat gora,
yang merupakan modifikasi dari
budidaya lahan kering.
Sistem ini sukses diterapkan di
Pulau Lombok, yang
hanya memiliki musim hujan singkat.
Seperti
namanya, ekosistem ini merupakan yang terbentuk dengan adanya campur tangan
manusia, Dibuat kebanyakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun
keanekaragaman hayati di sini terbatas, karena bukan itu tujuan dari membuat
ekosistem ini. Contohnya adalah sawah.
2. Ekosistem
Waduk
Ekosistem waduk
adalah contoh ekosistem buatan yang sengaja dibangun oleh manusia sebagai
sarana penampungan air dari ekosistem sungai. Waduk atau bendungan tergolong
ekosistem air tawar dengan habitat lentik, karena airnya yang tidak mengalir.
Waduk yang
merupakan perairan berbentuk bendungan, maka debit air yang muat di waduk pun
biasanya sangat banyak. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, baik dalam operasional maupun investasi. Maksudnya,
stock air di waduk biasanya selain digunakan untuk minum, mencuci, dan
kebutuhan rumah tangga lainnya, waduk juga digunakan untuk mengairi lahan
masyarakat yang mempunyai profesi sebagai petani. Oleh karena itulah keberadaan
waduk ini sangatlah berguna atau bermanfaat.
Selain yang
telah disebutkan di atas, masih banyak lagi manfaat yang dapat dihadirkan oleh
waduk ini. Berbagai macam manfaat waduk antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sebagai
sumber pengairan lahan maupun sawah
Fungsi waduk
yang paling utama dan paling terasa di masyarakat adalah waduk sebagai salah
satu sarana untuk mengairi lahan atau persawahan. Seperti yang kita ketahui
bersama bahwasannya selain dikenal sebagai negara maritim, Indonesia juga
sangat dikenal sebagai negara agraris. Negara agraris mempunyai arti bahwa
sebagian besar penduduk Indonesia ini bekerja di sektor pertanian maupun
perkebunan atau bisa dikatakan sebagai hal- hal yang berbau cocok tanam.
b. Sebagai
pembangkit listrik tenaga air
Manfaat yang
selanjutnya dari adanya waduk adalah sebagai pembangkit listrik. Pembangkit
listrik, seperti yang kita ketahui bersama bisa dibentuk dengan beberapa
bantuan atau hal. Listrik ini setidaknya bisa dibangkitkan oleh tenaga air
(PLTA), tenaga uap (PLTU), tenaga angin dan tenaga nuklir. Biasanya pembangkit
listrik tenaga air ini memenfaatkan aliran sungai untuk dapat menggerakkan
turbin atau kincir air.
Tenaga kincir
air yang selalu berputar inilah yang dapat meghasilkan tenaga listrik. Seperti
halnya waduk. Waduk ini terkadang juga mempunyai aliran di bagiannya yang
berasal dari aliran sungai. Maka aliran yang berada di waduk inilah yang
digunakan untuk menggerakkan turbin atau kincir air untuk dapat menghasilkan
tenaga listrik. Meskipun demikian, tidak semua waduk mempunnyai aliran yang deras
yang dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga listrik. Artinya bahwa tidak
semua waduk dapat digunakan sebagai tempat pembangkit listrik tenaga air.
c. Memenuhi
kebutuhan air dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi dari
waduk yang selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan air di kehidupan sehari-hari.
tidak bisa dipungkiri bahwa manusia selalu membutuhkan air dalam kehidupannya
sehari- hari, baik untuk minum, mencuci, mandi, dan lain sebagainya. Sekarang
ini hampir di setiap rumah sudah mempunyai sumber airnya masing masing, baik
berupa sumur milik pribadi maupun menyalur dari sumur umum yang disediakan
pemerintah. Jika masyarakat perkotaan, sebagian besar menggunakan jasa dari
perusahaan penyedia air. Lalu, apakah sumber air yang masyarakat miliki dan
disalurkan di rumah-rumah ini tidak bisa habis.
d. Menyediakan
stok atau persediaan air minum
Selain air waduk
yang menyediakan air untuk kehidupan sehari-hari, yakni memenuhi berbagai macam
kegiatan manusia yang menggunakan air, persediaan air di waduk pun juga dapat digunakan
sebagai air minum. Seperti yang kita ketahui bersama bahwasannya semua makhluk
hidup di dunia ini pasti membutuhkan minum, baik manusia, binatang maupun
tumbuh-tumbuhan. Apabila musim kemarau datang, dimana banyak ditemukan sumber
air yang mengering, maka air waduk dapat digunakan sebagai alternatif air minum
bagi manusia.
e. Sebagai
tempat tumbuh berbagai macam biota air
Selain untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari (termasuk urusan kebersihan dan juga minum), waduk
juga bermanfaat sebagai tempat hidup berbagai macam binatang- binatang yang
hidup di air. Sehingga dapat dikatakan bahwa waduk tidak hanya berguna bagi
manusia (meskipun dibangun oleh manusia), namun juga bagi makhluk hidup yang
lainnya. Berbagai macam biota air tumbuh di waduk, khususnya biota air tawar.
Karena hampir semua waduk merupakan waduk air tawar.
Biota- biota
yang hidup di air ini terdiri atas binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Ada pula
zooplankton dan fitoplankton yang hidup di lingkungan waduk. Selain itu juga
terdapat berbagai macam organisme-organisme air. Selain hewan dan tumbuhan
kecil-kecil, juga terdapat berbagai jenis ikan air tawar, udang, hewan-hewan
amfibi dan lain sebagainya. Selain binatang ada pula berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang hidup di air maupun disekitar waduk. Tumbuhan-tumbuhan yang dapat kita
temui seperti halnya lumut, dan juga tumbuhan- tumbuhan yang biasa hidup di
sekitar air lainnya.
f. Sebagai
tempat budidaya ikan air tawar
Waduk juga dapat
bermanfaat sebagai tempat untuk membudidayakan ikan air tawar. Ya, karena
memang waduk mempunyai air yang tawar. Ikan air tawar ini dapat berkembang
dengan sendirinya. Kita bisa memberikan bibit pada awalnya. Kemudian untuk
merawatnya agar ikan tumbuh dan berkembang, kita bisa menanam beberapa tumbuhan
air untuk menjadi makanan dari ikan tersebut. Atau biasanya ikan juga akan
memakan fitoplankton dan juga zooplankton yang ada di waduk tersebut. Dengan
demikian waduk akan sangat bermanfaat karena ikan-ikan tersebut pastinya juga
dapat memberikan manfaat bagi manusia. Selain bisa menjadi sumber makanan bagi
manusia dan juga beberapa binatang, keberadaan ikan- ikan di dalam waduk
tersebut juga bisa membangkitkan gairah manusia untuk memancing di sekitar
waduk tersebut. Dengan demikian, akan banyak orang yang berwisata atau
berdatangan untuk memancing ikan, khususnya bagi orang-orang yang memang
mempunyai hobi memancing.
g. Merupakan
tempat untuk budidaya tanaman air tertentu
Selain bisa
digunakan sebagai tempat budidaya ikan air tawar, keberadaan waduk juga bisa
digunakan untuk budidaya tanaman air tertentu. Siapa bilang air hanya bisa
digunakan untuk membudidayakan binatang-binatang saja? Tenyata ada beberapa
jenis tanaman yang bisa hidup di atas permukaan air. Bukan seperti ganggang dan
sejeninsnya, namun tanaman inipun tetap bisa dilihat dari daratan.
h. Menyediakan
berbagai macam sumber makanan bagi manusia
Sudah dijelaskan
di atas bahwa enceng gondok dapat menjadi tempat untuk membudidayakan
jenis-jenis binatang maupun tumbuh-tumbuhan air tawar. Hal ini secara tidak
langsung mempunyai arti bahwasannya waduk menyediakan berbagai macam sumber
makanan bagi manusia.
i.
Sebagai sarana hiburan dan rekreasi
Selain mempunyai
fungsi untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia, waduk juga bisa menjadi sarana
pemuas kebutuhan rohani manusia. Waduk bisa digunakan sebagai sarana rekreasi
atau piknik bersama keluarga atau sendiri saja. Waduk hampir menyerupai danau
sehingga akan ada banyak ketenagan yang kita dapatkan apabila memandang
permukaan airnya. Selain dinimkati keindahannya, akan ada beberapa aktivitas
yang bisa kita lakukan seperti memancing, atau bermain kereta air jika memang
disediakan. Namun dengan melihat pemandangan di sekitar waduk saja kita sudah
bisa terhibur karena keindahannya.
j.
Sebagai tempat edukasi atau pendidikan
Selain fungsi
ekologi dan juga rekreasi, waduk juga bisa menghasilkan fungsi edukasi. Waduk
bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran, penelitian dan juga pengembangan.
Tentu saja bidang yang berkaitan adalah yang berhubungan dengan lingkungan
maupun sosial, karena keberadaan waduk sedikit banyak akan mempengaruhi
kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya.
3. Ekosistem
Kebun Binatng
Ekosistem kebun
binatang adalah contoh ekosistem yang sengaja dibuat sebagai sarana rekreasi
dengan ciri khas berupa banyaknya hewan liar yang dikandangkan.
4. Ekosistem
Taman
5. Ekosistem
Tanggul
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekosistem
adalah kesatuan komunitas dengan lingkungannya yang membentuk hubungan timbal
balik. Ekosistem tersusun atas dua komponen utama, yaitu komponen biotik dan
komponen abiotik. Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari
makhluk tak hidup atau benda mati. Komponen abiotik adalah komponen ekosistem
yang terdiri dari makhluk hidup yang meliputi tumbuhan, hewan, dan manusia.
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan
menjadi beberapa bioma, yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan
tropis, bioma hutan gugur, bioam targa, dan bioma tundra.
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang terbentuk
bukan hanya karena kerja alam semata karena dipengaruhi oleh campur tangan
manusia. Ekosistem ini memiliki ciri khas berupa keragaman mahluk hidup dan
ekologisnya yang cenderung lebih rendah
B. Saran
1. Setiap
makhluk hidup membutuhkan lingkungan yang sehat sebagai tempat tinggal. Oleh
karena itu, kita harus menjaga kebersihan tempat lingkungan terutama disekitar
tempat tinggal kita.
2. Jagalah
kelestarian dan keberlangsungan hidup makhluk hidup, karena makhluk hidup yang
satu dengan yang lainnya saling ketergantungan dan tidak dapat hidup sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar